Banner 468 x 60px

 

Kamis, 26 April 2012

urin, sebagai bahan bakar alternatif

siapa sangka,urin yang selama ini menjadi salah satu hasil ekresi manusia dilirik menjadi bahan bakar alternatif yang akan menggantikan BBM yang saat ini kian lama kian menipis.Tak hanya Belanda ternyata negara-negara lain juga mulai melirik urine sebagai bahan bakar alternatif.Di  negeri Paman Sam pelopornya adalah Profesor Gerardine Botte dari Universitas Ohio. Pada
tahun 2009, ia melihat ada tiga kelemahan dalam bahan bakar fosil. Pertama, tidak bisa atau sulit diperbarui. Kedua, proses eksplorasinya butuh biaya besar. Dan ketiga, emisi gasnya terbukti menyebabkan peningkatan pemanasan global.
Dia juga melihat kelemahan bahan bakar hayati (bio-fuel). Sebab, di masa depan ini akan menyebabkan perebutan antara kebutuhan akan makanan dan bahan bakar.
Maka, dia pun melirik urine. Dia melihat kemungkinan urine menjadi sumber energi masa depan buat kendaraan berbahan bakar hidrogen.
 Botte melihat urea adalah zat terbanyak di urine. Urea itu merupakan sumber potensial untuk dikonversi jadi hidrogen. Lantas, dia memanfaatkan teknologi elektrolit untuk menghasilkan hidrogen dari air seni. Setiap molekul urine mengandung empat atom hidrogen. Jumlah ini lebih banyak dibanding hidrogen yang dikandung air. Dalam perhitungannya, seperti dikutip wired.com, mengolah hydrogen dari urine lebih efisien biayanya ketimbang dari air. Listrik yang digunakan juga hanya 0,37 volt, sementara dari air memerlukan 1,23 volt.
Urine juga melimpah. Saban hari setiap orang mengeluarkan urine sebanyak 0,9 sampai 1,5 liter per hari. Kalikan saja dengan jumlah penduduk dunia yang berkisar 7 miliar. Dengan demikian, tersedia 7 miliar liter urine segar setiap hari untuk dikonversi menjadi hidrogen.
Kini, Botte tengah difasilitasi Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk membuat kendaraan tempur ringan berbahan bakar hidrogen dari urine. “Dengan demikian, tentara di lapangan bisa membawa BBM-nya sendiri,” kata Botte seperti dikutip Discovery News. Itu bukan guyonan, karena memang bisa jadi persoalan serius di medan perang yang sulit, seperti gurun atau hutan.
Inggris
Di negeri Big Ben, BBM-urine diteliti Dr. Ioannis Jeropoulos dan timnya dari Universitas West England, Bristol. Menurut The Guardian, dia telah mempublikasikan hasil risetnya di Journal of Physical Chemistry.
“Urine secara kimia sangat aktif, ” kata Dr. Jeropoulos. Menurut hitungan dia, tiap manusia memproduksi urine sebanyak 6,4 triliun liter urine per tahun. Jumlah itu lebih dari mencukupi untuk mensuplai teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) atau sel bahan bakar mikroba yang tengah dia kembangkan.
Penelitiannya sudah berjalan tiga tahun. Dia menggunakan energi MFC dari urine untuk menggerakkan robot EcoBot III yang dia rancang bersama peneliti Bristol Robotics Laboratory. Dia melihat urine banyak mengandung nitrogen, urea, klorida, kalium dan bilirubin. Ini material yang sangat baik untuk sel bahan bakar mikroba. Menurut dia, 25 mililiter urine yang disuntikkan ke kotak anoda bisa menghasilkan daya 0,25 megawatt listrik--cukup untuk menyalakan alat bantu pendengaran selama tiga hari.
Meksiko
Diungkap Space Safety Magazine, Badan Luar Angkasa Meksiko pun rupanya tengah meneliti kegunaan urine untuk kepentingan penjelajahan luar angkasa. Penelitian itu dipimpin Prof. Gabriel Lunar Sandoral. Dia meneliti urine untuk menghasilkan hidrogen dan oksigen untuk dimanfaatkan di luar angkasa. Hidrogen bisa dijadikan bahan bakar pesawat luar angkasa, sementara oksigen—tentu saja--untuk bernafas. NASA sendiri sejauh ini baru mengolah urine menjadi air minum.
Skotlandia
Di negeri “Brave Heart”, penelitian air seni untuk menjadi pengganti BBM tengah dilakukan di Fakultas Teknik dan Ilmu Fisika Universitas Edinburgh. Dua orang doktor kimia di universitas itu, Shanwan Tao dan Rong Lan, mendapat hibah 130 ribu pounds untuk melakukan riset penting tersebut.


Proses untuk menjadikan urin sumber energi alternatif sejatinya sederhana. Urin mengandung senyawa amonia. Jika dipanaskan secara perlahan, urin akan berubah menjadi gas amonia. Gas tersebut dapat dimasukkan ke dalam sel bahan bakar (fuel cell), sejenis generator, dan kemudian digunakan untuk menghasilkan lisrik.
Dengan pasokan urin yang selalu tersedia, energi listrik yang dihasilkan pun bisa diadakan setiap saat. Berbeda dengan energi yang dihasilkan dari angin dan minyak, yang bergantung pada kondisi alam.
Tak hanya jadi sumber energi, residu pemrosesan urin, asam fosfat, juga bisa digunakan untuk membuat pupuk, yang tak berbahaya karena tak mengandung bahan kimia.

dan bentar lagi Indonesia akan menyusul menggunakannya,,,



1 komentar: