Banner 468 x 60px

 

Senin, 30 April 2012

eceng Gondok, Menu Baru dari Jenis Bahan Bakar Nabati

Tanaman Eceng Gondok yang selama ini menjadi gulma bagi tanaman lain,sekarang dapat berbangga hati. pasalnya saat ini beliau tidak hanya harus kecil hati dengan terkenalnya menjadi gulma namun juga kemanfaatan dirinya bagi manusia.


Eceng gondok yang memiliki nama lain ‘Eichornia crassipes’ adalah sejenis tumbuhan air yang hidup terapung di permukaan air. Akan berkembang biak manakala dipenuhi limbah pertanian atau pabrik sehingga menjadi indikator dimana di tempat atau sungai tersebut sudah terkena pencemaran ( adanya limbah pencemar). Eceng gondok sejenis tanaman hidrofit. Tumbuhan ini tidak dapat dimakan bahkan tanaman gulma ini menjadi tanaman pengganggu bagi tumbuhan lain dan hewan sekitarnya. Tanaman ini mengandung selulosa dalam jumlah banyak. Dan selulosa inilah yang bisa digunakan sebagai bahan bakar melalui pembangkitan biogas bagi kompor dan genset.

selain itu eceng gondok juga dimanfaatkan sebagai briket. Hal ini di karenakan Zat selulosa seperti yang terdapat pada kayu dan serabut kelapa yang membuat eceng gondok mudah terbakar.meski kadar selulosa pada eceng gondok hanya 80 persen, pemanfaatan eceng gondok bisa mengurangi kerusakan lingkungan. 

Selain itu, harganya jauh lebih murah ketimbang kelapa. Selulosa atau dalam rumus kimianya dikenal dengan (C6H10O5) merupakan polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat dari beta-glukosa.

Senyawa itu merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh manusia. Proses Sederhana Pembuatan briket dari tanaman eceng gondok terbilang sederhana.


selain sebagai briket,eceng gondok ini juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar biogas, Proses pembuatan gas ini diawali dengan memotong batang dan daun eceng gondok. Setelah itu, potongan eceng gondok dimasukkan ke tabung reaktor terbuat dari dua drum yang disatukan. Proses ini memakan waktu tujuh hari untuk menghasilkan gas dari hasil pembusukan eceng gondok. Maka, selama tujuh hari, gas dari pembusukan eceng gondok akan mengalir ke tabung reaktor kedua untuk kemudian ditampung dalam tabung khusus.

Agar gas tidak habis, tabung fermentasi yang berdaya tampung 80 kilogram itu diisi secara berkala. Sebanyak 30 kilogram eceng gondok di drum fermentasi, hanya bisa dipakai dalam waktu sehari. Terutama, bila digunakan secara terus-menerus. 


Penggunaan bahan bakar dari eceng gondok ini ternyata sangat lah hemat sehingga cukup menjanjikan untuk penghematan kantong dibandingkan dengan bahan bakar lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar